Kamis, 24 November 2011

Berkat melimpah karena taat, Sial melimpah karena tidak taat


Saya jadi ingat dulu, saya pernah doa puasa agar bisa dapat pacar yang saya mau (biar PDKT sukses – tapi ujungnya gak sukses juga ;p ), saya pernah baca Alkitab full 1 tahun agar nilai bagus, saya juga pernah persepuluhan agar usaha lancar (persepuluhan = investasi ya ? ). Topic ini muncul karena perbicangan disebuah meja makan antara saya dan teman-teman saya.

Saya yakin saya bukan satu-satunya orang Kristen yang melakukan ini, dan saya yakin kita semua pernah merasakan dan melakukan atau bahkan hingga sekarang ini masih melakukan hal ini, yaitu kita taat beribadah,baca alkitab, persepuluhan, doa dan puasa dan semua tindakan – tindakan ibadah lainnya agar kita diberkati, agar kita dijauhkan dari marabahaya, agar usaha lancar, agar nilai bagus, dan lain – lain

Ingatan saya langsung tertuju pada kisah Yoh 9:1-3 , dicerita itu ada seorang yang buta dari Lahir, lalu murid-murid Yesus bertanya, karena dosa siapakah orang itu buta dari lahir, apakah dosa orangtuanya atau dirinya sendiri, dan Yesus berkata itu bukan karena dosa siapa-siapa tapi agar nama Tuhan dipermuliakan melalui kebutaannya, yaitu Yesus datang dan menyembuhkan dia, sehingga kejadian yang terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu masih kita perbincangkan sampai sekarang dan nama Tuhan memang benar dipermuliakan

Teringat pula cerita Ayub, seorang yang kaya raya lalu menjadi sangat miskin dan buruk rupa dan karena imannya pada Tuhan, Tuhan mengembalikan kekayaan dan kesehatannya

Pandangan iman saya percaya bahwa kesuksesan kita (baca: berkat-berkat) kita itu sama seperti perumpamaan talenta yang dikasih 5,2 dan 1, itu adalah modal awal yang telah Tuhan berikan kepada kita, modal kita berbeda-beda dari sisi kualitas dan jumlah,walau berbeda-beda namun semuanya adalah baik dan sempurna, tugas kita di dunia adalah untuk mengusahakan (memanage) talenta itu hingga berbuah banyak – jadi jika kita kerja keras pasti kita akan mendapat upah kita (baca: sukses, berkat,dll)

Lalu apakah berarti kita hanya perlu bekerja keras saja dan tidak beribadah ? tentu saja kita perlu beribadah, kita perlu beribadah supaya kita bisa mengerti rencana Tuhan didalam hidup kita, agar kita bisa mengerti bagaimana cara untuk mengusahakan talenta kita, bagaimana agar hidup kita berbuah dan memuliakan nama Tuhan, karena hidup didunia ini sangat mudah untuk menjadi sukses bagi diri kita sendiri tapi sangat susah untuk menjadi sukses dan memuliakan nama Tuhan. Agar diri kita sukses (diberkati) dan memuliakan nama Tuhan kita perlu mencari pimpinan Tuhan.

Saya percaya bahwa Tuhan sudah menyiapkan semua kebutuhan kita, itu adalah “privillage/hak istimewa” menjadi anak Tuhan, dari makanan,minuman, pekerjaan, jodoh, keamanan, perlindungan, dll semua sudah dipersiapkan oleh Tuhan (sudah di “booked-dipesan” untuk kita,tinggal diambil) , kenapa saya mempunyai iman ini karena semua tertulis didalam Alkitab.

Seperti seorang raja yang menyuruh kita untuk melakukan sebuah ekspedisi besar kesebuah daerah yang tidak diketahui, tentu raja tersebut akan memperlengkapi kita dengan perbekalan yang lengkap – makanan, minuman, senjata, alat-alat,transportasi,surat kuasa,dll – atau seorang Bapak yang mengirim anaknya sekolah/usaha keluar kota tentu juga akan memperlengkapi anaknya dengan berbagai kebutuhannya, sama pula dengan Tuhan kita, bahkan sebelum kita dilahirkan didunia ini Tuhan sudah menyediakan semua kebutuhan kita (uang,makanan,minuman,pekerjaan,jodoh, dll) agar kita bisa menunaikan tugas kita didunia ini.

Dan sama seperti seorang Raja, Bos, Bapa, Tuhan pun akan memberikan semua hal yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi kita (kekuasaan, jabatan, keuangan, keluarga, dll) pada saat kita secara mental dan karakter sudah siap untuk me-manage (mengusahakan) semua itu, maksud saya disini adalah, misalnya jika kita sudah mempersiapkan uang 1 Milliar bagi anak kita, apakah kita akan menyerahkan uang 1 Milliar itu kepada anak kita ketika ia hanya berumur 10 tahun ? bisa – bisa uang 1 Milliar itu dihabiskan semua untuk membeli mainan,demikian pula dengan Tuhan, kita perlu mengembangkan semua talenta kita dan bertanggung jawab terhadap hidup kita, kita perlu memiliki hidup yang memuliakan Tuhan – bukan semata-mata hanya untuk mendapatkan uang 1 Milliar dari Tuhan -  tapi tujuan utama kita adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari Tuhan, kepercayaan dari Tuhan berarti kita sudah sepaham dengan Tuhan, kita sudah mengerti rencana dan tujuan Tuhan untuk hidup kita dan kita sudah mau dan rela untuk menjalankan itu semua, pada saat itu lah Tuhan akan mempercayakan (memberikan) semua hal yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi kita.

Pertanyaan besar buat kita semua adalah :
 apakah kita cukup peka untuk mengetahui rencana Tuhan bagi hidup kita – untuk mengetahui ini dibutuhkan ibadah dengan Tuhan, kita mendekatkan diri dengan Tuhan

Apakah kita mempunyai kemauan untuk berjalan didalam rencana Tuhan – untuk ini kita perlu belajar merendahkan diri kita, dan ibadah adalah sarana yang sangat baik untuk me-matahkan semua ego – ego kita

Apakah kita sudah mengembangkan diri kita sampai ditahap dimana Tuhan bisa mempercayakan kita dengan semua hal yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi kita (kekuasaan,jabatan,keuangan,keluarga,dll) – disini tindak tanduk dan sikap kita didalam dunia nyata membuktikan dan menguji semua hal-hal yang kita pelajari didalam ibadah kita

Milikilah iman yang dewasa dan tidak seperti anak kecil, berjuanglah dan kembangkan diri kita agar dipercaya oleh Tuhan, agar kita layak dipandang “rekan sekerja” oleh Allah dan bukan seperti seorang anak kecil yang selalu “meminta – minta” untuk diri kita sendiri.

Tuhan memberkati kita semua.

9:1Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.9:2Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"9:3Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

Selasa, 13 September 2011

Hidup 100% tidak bercela,rajin ke gereja dan berprestasi bukan jaminan Tuhan menerima persembahan hidup kita



Di ibadah hari minggu ini, gw mendapat teguran yang cukup keras dari Tuhan, pada saat persembahan, didalam hati gw terjadi percakapan :
A : “Apakah kamu senang dengan persembahan yang kamu kasih ke Tuhan ?”
B: “ah, uang segini sih gak ada artinya untuk Tuhan, lagipula bukan uang kan yang dicari oleh Tuhan”
A: “persis.. benar itu bukan uang yang dicari oleh Tuhan, Tuhan mau kamu mempersembahkan hidupmu”
B: “kalau soal hidup, hidupku gak pantas untuk dipersembahkan kepada Tuhan, Tuhan juga tahu kalau aku sebagai manusia tidak akan pernah pantas mempersembahkan hidupku ini”
A: “itu memang benar, tapi apakah kamu bangga dan berani bicara pada Tuhan : Tuhan ini adalah yang usahaku yang terbaik didalam hidupku, aku tahu bahwa hidupku tidak sempurna tapi ini adalah usahaku yang terbaik dan dengan bangga dan sukacita aku persembahkan kepadaMu”
 B:” Aku belum berani untuk bicara seperti itu ke Tuhan”

Dan suasana hatiku pun hening … ada sedikit penyesalan didalam hati, namun hati gw gak berhenti disana, gw mulai menerawang dan mencari – cari sebetulnya persembahan seperti apa yang dicari oleh Tuhan :

Kita tahu kisah persembahan janda miskin yang memberikan 2 peser, 2 peser secara angka mata uang tidak ada artinya sangat kecil namun bagi janda miskin tersebut itu adalah segenap nafkahnya untuk hari itu, dan Tuhan berkenan atas persembahan janda miskin tersebut.

Inti dari cerita janda miskin bukan berarti kita harus mempersembahkan segenap nafkah kita, inti dari cerita janda miskin adalah kita perlu mempersembahkan kepada Tuhan yang terbaik, terbaik dari segala kehidupan kita, karena persembahan yang sejati adalah hidup kita kepada Tuhan

Rm. 12:1Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Lalu persembahan seperti apa yang berkenan dimata Tuhan, di pagi ini Tuhan membukakan mata gw atas 2 hal yang menjadikan persembahan berkenan di mata Tuhan

Persembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah persembahan yang ikhlas, sukarela dan dengan sukacita :

1Taw. 29:17Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita.

Sering kali ketika kita menjalani hidup kita, kita bersungut-sungut pada saat kita harus menempuh jalan yang benar dan tidak bisa mengkuti jalan dunia ini, misalnya ketika kita tidak nyontek pada saat yg lain nyontek dan kita pun bersungut-sungut, atau kita melayani di gereja dengan bersungut-sungut dan setelah melayani kita merasa bahwa kita sudah melayani Tuhan dengan baik, ayat di 1taw 29:17 mengatakan bahwa persembahan kita tidak boleh bersungut2 harus dengan ikhlas, sukarela dan sukacita.

Hidup kita tidak bisa sempurna, kitapun bukan orang benar, namun atas dasar kasih Tuhan saja kita dibenarkan (tidak benar tapi dianggap benar) dan disempurnakan (tidak sempurna tapi dianggap sempurna) oleh Tuhan dan atas dasar kasih Tuhanpun persembahan kita yang tidak akan pernah bisa sempurna itu akan disempurnakan oleh Tuhan hanya bila kita mempersembahkan kepada Tuhan dengan sukarela, tulus iklhas dan dengan sukacita


Wahyu 2:1"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.2:2Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.2:3Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.2:4Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Kitab Wahyu ditujukan kepada jemaat Efesus dan jemaat ini bukanlah sembarang jemaat, didalam ayat 2 terlihat bahwa jemaat ini adalah jemaat yang sangat tekun dan sangat pandai (mencobai mereka yang menyebut diri rasul), sabar menderita dan tidak mengenal lelah – namun semua jerih payah jemaat di efesus di cela oleh Tuhan, Karena jemaat efesus telah meninggalkan kasih mula-mula.

Kitapun mungkin ada didalam kondisi jemaat efesus kita rajin berdoa, saat teduh, ikut pendalaman iman, kita tanpa mengenal lelah ikut berbagai kegiatan dan kepanitiaan didalam gereja, kita mematuhi semua peraturan, kita rajin bekerja/belajar dimanapun Tuhan telah tempatkan kita, namun semua jerih payah kita tersebut tidak diterima oleh Tuhan, karena Tuhan tidak melihat ada kasih kita kepada Tuhan didalam segenap usaha kita, semua itu kita lakukan dengan mengatas namakan Tuhan namun tidak dengan kasih Tuhan, dan Tuhanpun tidak menerima jerih payah kita.

Kita memang diharuskan untuk berjuang keras didalam menjadi terang didunia ini, kita perlu menunjukkan integritas dan prestasi kita didunia ini agar semua orang tahu bahwa Yesus-lah yang menjadi pendorong didalam hidup kita,namun didalam perjuangan kita jangan sekali-kali kita melupakan kasih Tuhan, bukan doa dan baca Alkitab setiap pagi yang penting,bukan menghafal ayat-ayat,atau mendapat nilai bagus atau gak melanggar hukum yang penting dimata Tuhan, yang penting adalah relasi kita dengan Tuhan, hati kita bicara dengan hati Tuhan, hati kita menyatu dengan hati Tuhan yang pada akhirnya tercermin pada tindakan kita.

Semua berawal dari motivasi hati lalu tercermin pada tindakan kita bukan sebaliknya, jangan focus pada tindakan-tindakan kita lalu kita mengclaim bahwa kita telah melayani Tuhan, mulai dari hati, mulai dari motivasi

Di pagi ini Tuhan telah berbicara kepada kita semua, untuk mempersembahkan hidup kita sebagai ibadah yang sejati, hidup yang tidak hanya focus pada tindakan-tindakan kita tapi juga focus pada hati kita dan hubungan hati kita dengan hati Tuhan.

Sebuah “instruksi” yang sangat berat telah Kau nyatakan pada kami Tuhan, kami percaya bahwa Engkau akan mendampingi, mengajar dan memperlengkapi kami manusia yang tidak sempurna ini agar kami bisa memenuhi “instruksi” mu dan Engkau berkenan terhadap persembahan hidup kami.

Senin, 12 September 2011

Melekat pada pokok Anggur


Yoh 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.15:5Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.Yoh 15:5, mengatakan bahwa bagaikan sebuah pohon, sebuah ranting tidak akan pernah bisa hidup bila terlepas dari batangnya, dan bila sebuah ranting melekat pada batang pohon maka ranting tersebut akan berbuah lebat

Ketika Sarapan pagi ini gw merenung apa maksud Firman Tuhan ini, gw muncul pada sebuah pertanyaan sederhana :

“Maksud Tuhan dengan kita manusia (ranting) melekat pada Tuhan (batang) itu seperti apa ?”

Banyak cerita di Alkitab yang menggambarkan bahwa manusia bisa diibaratkan anak yang hilang dan Tuhan adalah Bapak yang terus menerus mencari anak-anakNya yang hilang, bila sama diibaratkan ke analogi ranting dan batang pohon, mungkin gw bisa menganalogikan bahwa kita manusia sama seperti ranting – ranting yang berserakan di tanah yang dipungut oleh Tuhan dan di “cangkok”-kan kepada batang pohon Tuhan.

Jika analogi ini benar, dan kita di “cangkok” berarti didalam proses “cangkok” tersebut akan menggunakan banyak alat bantu, yang pasti ada tali, lalu ada batang, kedua alat ini mengikat dan menyatukan ranting ke batang dan tentunya ada peran pisau disana yang mengupas kulit ranting dan batang agar batang bisa memberikan sari makan ke ranting.
Ternyata dibutuhkan banyak sekali alat dan usaha agar ranting bisa benar-benar melekat pada batang pohon dengan benar.

Tentu saja itu artinya bila kita memang ingin benar – benar tercangkok dan melekat pada Kristus dengan benar kita perlu meluangkan waktu dan tenaga kita, kita perlu berdoa, baca kitab suci, belajar dari kitab suci, dan melakukan firman Tuhan dan berbuah banyak

Yoh 15:8Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Berapa banyak usaha yang sudah kita keluarkan agar kita tetap melekat pada Pohon Kristus ? usaha kita sendiri tidaklah cukup karena Tuhanlah yang menyempurnakan segenap usaha kita, kita berusaha untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan Tuhanpun yang akan melengkapi

Ingat bukan karena usaha kita Tuhan dekat pada kita, Tuhan senantiasa dekat dengan kita,  Ia terus setia memberkati kita dalam kondisi apapun, usaha kita untuk mendekatkan diri kita pada Tuhan adalah usaha kita untuk menjadi lebih peka terhadap hadirat Tuhan, bukan Tuhan yang jauh dari kita, tapi kita yang tidak perduli terhadap hadirat Tuhan.

Jumat, 09 September 2011

Tunduk pada Otoritas dalam Menunggu


“Kolose 3:23Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”

Ketika kita dalam kondisi menunggu jawaban Tuhan, sering kali kita terdorong untuk melakukan sebuah kegiatan yang kita harapkan bisa mempercepat kita dalam mendapatkan keinginan kita, terkadang kegiatan/tindakan tersebut bersifat “rebellious” atau “memberontak” kadang2 dalam kondisi terjepit kita mengabaikan norma-norma dan peraturan yang ada, yang penting masalah cepat selesai dan pikiran kita bisa tenang.

Pagi ini didalam Sarapan gw dengan Tuhan, Tuhan mengingatkan bahwa kita harus tunduk pada otoritas di dunia ini, otoritas yang sudah Tuhan tempatkan dilingkungan kita, apakah itu orang tua kita, bos kita, pemerintah, polisi, dkk

Sama seperti Yusuf ketika Yusuf sedang menunggu penggenapan visi Tuhan, Yusuf menjadi seorang budak lalu menjadi seorang budak yang dipenjara lalu menjadi budak yang dipenjara yang dilupakan, di mata dunia martabat Yusuf sudah menjadi semakin kecil dan tidak berarti, namun didalam ketidak berartian tersebut Yusuf tetap mempertahankan integritasnya, dan Yusuf tetap melakukan pekerjaan apapun yang diberikan kepadanya sebaik mungkin, sehingga Tuhanpun membuat segala sesuatu yang dikerjakan oleh Yusuf berhasil.

Kitapun harus demikian walaupun kita didalam kondisi sejelek apapun,kita harus bisa menyangkal diri kita, mematikan segenap emosi dan ego negative kita dan melakukan pekerjaan kita sebaik mungkin, karena apapun yang kita perbuat harus kita persembahkan kepada Tuhan dan bukan untuk manusia
Yusuf tetap melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan Yusufpun dilupakan oleh manusia, namun ingat Tuhan tetap mengingat Yusuf dan pada saat waktunya tiba, Yusuf diangkat menjadi Perdana Mentri Mesir

“Kolose 3:23Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.3:24Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu

Kolose 3:17Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.3:18Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.3:19Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.3:20Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.3:21Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.3:22Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.3:23Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.3:24Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.3:25Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.

Kamis, 08 September 2011

Menunggu, menunggu dan menunggu



Yer. 29:11Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Mat. 6:25"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Ul. 28:13TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,

Semua diatas adalah janji – janji Tuhan yang tertulis didalam alkitab dan kitapun mengamini tetapi didalam hati kecil kita sering terucap “kapan Tuhan janji – janji kebaikanMu terwujud ?” “Aku sudah capai Tuhan, aku sudah lelah” dan terkadang mungkin ada moment-moment didalam hidup kita dimana kita mulai meragukan Tuhan

Demikian juga dengan Yusuf, dari usia sangat muda Yusuf diberikan visi oleh Tuhan bahwa Yusuf akan menjadi orang yang besar, begitu besar hingga keluarganya akan menyembah Yusuf, namun apa yang terjadi setelah Yusuf membagi visinya, alih – alih perjalanan hidup Yusuf membaik, alih-laih Yusuf jadi punya koneksi ke petinggi negara, Yusuf malah dijual menjadi budak, lalu difitnah dan di penjara, seorang budak yang dipenjara sudah tidak punya harapan untuk bebas, di penjara Yusuf menyelamatkan nyawa seorang petinggi istana bukannya Yusuf diingat Yusuf malah dilupakan selama 2 tahun dan barulah akhirnya Yusuf dipanggil raja dan Yusuf pun akhirnya hidup memenuhi visi Tuhan.
Jadi tetaplah setia berharap pada Tuhan, karena Tuhan tidak akan ingkar janji, ingat cerita Yusuf pada saat kita kecewa dan patah arang, dan seperti cerita Yusuf, pada saat-saat dimana kita menunggu janji – janji Tuhan disanalah saatnya kita dibentuk oleh Tuhan

Pada saat – saat kita menunggu sebenarnya Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk rencana besar-Nya, pada saat-saat tersebut kita perlu belajar dari Yusuf, Abraham, Nuh dan Daud kita perlu :

1.       Tetap setia pada pekerjaan/kondisi yang sudah Tuhan percayakan pada kita, asah ketrampilan dan hikmat kita didalam situasi yang Tuhan tempatkan, sama seperti Yusuf yang setia melayani sebagai budak, sama seperti Nuh yg dengan tekun membuat bahtera di atas gunung jauh dari laut selama 120 tahun, sama seperti Abraham yang berjalan puluhan tahun tanpa peta menuju tanah perjanjian, sama seperti Daud yang menolak untuk membunuh Saul dan hidup sembunyi hingga Saul tewas di pertempuran, sama seperti tokoh-tokoh Alkitab tersebut, kitapun harus tetap setia dalam pekerjaan kita dan berusaha untuk mengembangkan ketrampilan dan hikmat di dalam kondisi tersebut, hingga Tuhan menunjukkan jalan baru untuk kita jalani

2.       Tetap berdoa dan percaya pada Tuhan, Abraham,Nuh,Yusuf,Daud semua mengalami tekanan dan cobaan yang berat dari lingkungan sekitar mereka, namun mereka bisa tetap kuat karena mereka mempunyai hubungan yang special dengan Tuhan melalui kehidupan doa yang intim, kitapun perlu senantiasa berdoa kepada Tuhan, kita harus berdoa penuh dengan percaya dan ucapan syukur kepada Tuhan
Hidup Doa yang intim dan sehat dengan Tuhan akan menguatkan kita dan membuat kita peka terhadap rencana Tuhan, kita menjadi tahu kapan saatnya untuk tetap di kondisi sekarang dan kapan untuk melangkah.

Pada pagi ini Tuhan berbicara kepada kita, bahwa Tuhan punya rencana besar bagi kita, dan sekarang ini pada saat dimana kita berasa sedang berjalan ditempat sebenarnya Tuhan sedangkan memberikan kesempatan pada kita untuk menguatkan dan mengembangkan diri kita, Tuhan sedang mempersiapkan dan memperlengkapi diri kita yang kita perlukan adalah untuk tetap setia dan berusaha sebaik mungkin didalam aktifitas kita, dan ketika saatnya nanti dimana Tuhan melihat kita sudah mempunyai kelengkapan, ketrampilan dan hikmat yang cukup Tuhan akan mewujudkan cita-cita dan visi yang telah Tuhan tetapkan sebelumnya didalam diri kita masing-masing.